Berawal dari tawaran Redaktur
Pelaksana (Redpel) Majalah Manunggal, Mbak Dian, untuk mengisi rubrik Face to Face di majalah, akhirnya untuk
pertama kalinya aku bisa wawancara dengan musisi ibukota. Pasalnya, sebelumnya
aku sudah pernah berusaha mewawancarai dua musisi, tapi salah satu dari mereka
memintaku untuk izin pada manajernya terlebih dahulu. Tepat seperti dugaanku, meski
sang manajer mengizinkanku, pada akhirnya musisi itu tidak mau diwawancarai
dengan berbagai alasan.
Lain halnya dengan musisi lain yang
hanya diam tanpa membuka mulut bahkan sama sekali tidak membalas senyumku
ketika aku meminta izin padanya untuk wawancara. Lalu, sang manajer datang dan
berkata bahwa musisi itu tidak mau berbicara untuk menjaga suaranya tetap prima
saat tiba gilirannya menyanyi.
Sikap kedua musisi itu sangat
berbeda jauh dengan Rio. Di ruang make up,
Rio yang sedang asyik bernyanyi sendiri langsung mengizinkanku untuk
mewawancarainya meski wawancara harus dilakukan dengan sedikit berteriak karena
musik di panggung terdengar begitu keras dan kami tidak membawa microphone untuk narasumber.
Saat itu, Rio sedang mengisi acara
konser musik di salah satu hotel ternama di Semarang. Kebetulan, acara itu
digelar oleh salah satu jurusan di kampusku. Mbak Dian segera menghubungi
panitia untuk minta izin untuk mewawancarai guest
star-nya dan panitia pun mengizinkan kami.
Awalnya, panitia meminta kami untuk
melakukan wawancara saat guest star sedang makan siang. Namun, ketika kami
sampai di restauran yang disebutkan panitia, guest star justru memilih untuk
makan siang di hotel karena masih lelah setelah melakukan perjalanan ke
Semarang.
Akhirnya, kami diminta datang saat
gladi bersih. Syukurlah, kami mendapat hasil yang setimpal. Wawancara dengan
Rio Febrian dapat berjalan dengan lancar. Usai wawancara, kami memberi majalah
edisi terakhir kami dan berfoto bersama Rio. Thanks God!
No comments:
Post a Comment