Picture taken from www.edwardhotspur.wordpress.com through www.google.com |
Punya bisnis online di samping kuliah memang menyenangkan. Bisa punya
penghasilan sendiri, bisa beli buku dan barang hura-hura, seperti baju dan tas (maklum,
namanya juga cewek) tanpa ngemis ke orang tua. Selain itu, tanpa mikir kapan
orang tua ngasih duit pun, kita tetap bisa makan enak tiga kali sehari hehe.
Ya, namanya juga kehidupan. Selalu
ada dua sisi berlawanan yang harus kita hadapi. Kalau tadi udah ngomong sukanya
nih, sekarang giliran ‘bongkar’ dukanya. Hmm bentar deh, tisu mana tisu?
Oke, buat kalian yang merasa
sebagai pembeli cerdas, pasti paham dong bagaimana tata cara belanja online yang cerdas. Pertama, cari info tentang online
shop-nya. Punya toko offline atau
engga, alamatnya di mana, nomor HP dan Pin BBM adminnya berapa, bisa COD (Cash on Delivery) di kota asalnya atau
tidak, bagaimana cara menjadi reseller-nya,
testimonial pelanggannya seperti apa,
isi wall post-nya seperti apa, apa
aja isi note dan album yang pernah
di-share, apakah foto-foto yang di-share merupakan foto asli atau hanya
hasil googling, dan barang apa aja
yang dijual online shop tersebut. Kalau
hal-hal yang aku sebutin tadi tampak nggak beres atau mencurigakan, tinggalin online shop itu! Nah, beda halnya dengan
pembeli kurang cerdas yang asal nanya tentang hal-hal yang aku sebutin di atas.
Makin kurang cerdas lagi kalau belum pesan barang, tapi sudah tanya nomor
rekening ke admin.
Kedua,
pembeli cerdas pasti memperhatikan hal-hal detail produk atau spesifikasi barang
yang dijual online shop. Kalau ada informasi yang tidak tertera di laman facebook/twitter/instagram/web online shop
itu, tanya pada salah satu admin. Ingat ya, salah satu admin. Sedangkan pembeli
kurang cerdas, biasanya hanya melihat gambar produk atau barang tanpa membaca
penjelasan yang tertera. Lalu, pembeli kurang cerdas menanyakan hal-hal, yang sebenarnya
sudah tertera di laman online shop,
ke admin. Nah, kalau pembeli yang makin kurang cerdas, biasanya menanyakan hal
yang sama ke semua contact yang
tertera di laman online shop. Padahal,
semakin besar sebuah online shop,
semakin banyak contact yang tertera
karena jumlah customer-nya semakin
banyak. Intinya, pembeli cerdas = pemegang teguh budaya membaca.
Ketiga,
pembeli cerdas paham bahwa admin atau customer
service dari online shop juga
manusia, sama seperti pembeli. Mereka punya waktu istirahat, punya waktu untuk
melakukan aktivitas pribadi, dan cuma punya dua tangan untuk membalas banyaknya
tweet/wall post/comment/message/SMS/BBM/whatsapp/line yang masuk.
Pembeli yang cerdas juga paham kalau kekuatan sinyal sangat berperan penting
dalam bisnis online shop. Kalau pembeli yang kurang cerdas, biasanya nggak
sabar dengan balasan admin atau customer service sehingga ia menelepon seluruh contact online shop itu, nge-PING!!! seluruh
contact online shop itu, dan SMS
berulang kali ke seluruh contact online
shop itu. Lalu, ia mem-posting tweet
atau wall post atau comment di bawah gambar atau status yang
isinya meminta admin untuk segera merespons dia. Padahal, selang waktunya bisa
dibilang masih sangat normal. Bahkan, saking nggak sabarnya, ada yang langsung
melakukan hal-hal tersebut tanpa selang waktu.
Keempat,
pembeli cerdas tahu kalau tidak semua online
shop bisa COD di luar kota. Mereka paham kalau online shop pada umumnya hanya menerima COD dalam kota. Selain itu,
mereka juga mengerti bahwa pelaku bisnis online
shop bukan kurir yang mengantarkan barang pesanan sampai rumah si pembeli. Mereka
tahu kalau barang pesanan yang sudah dikirim bisa dilacak melalui internet
dengan menggunakan nomor resi yang diberikan admin online shop. Hal ini tentu berbeda dengan pembeli kurang
cerdas yang batal membeli karena tidak bisa COD di pulau lain atau marah-marah
ke admin online shop jika barang
pesanannya belum sampai tanpa mengecek status pengiriman barang via internet. Sedangkan
pembeli yang makin kurang cerdas, ada yang meminta admin untuk meletakkan
barang pesanan di bawah kursi dan mengabarinya jika admin sudah melakukan hal
tersebut.
Kelima,
pembeli cerdas tahu bagaimana cara mengirim uang meski tidak memiliki rekening
apapun di suatu bank atau mengirim uang ke bank lain. Mereka akan melakukan
transfer tunai di bank (di mana online
shop memiliki rekening) dengan bertanya ke satpam terlebih dahulu mengenai
cara transfer tunai. Jika bank-nya berbeda dengan bank online shop, pembeli cerdas melakukan transfer antar-bank yang merupakan
fasilitas bank mereka. Sementara itu, pembeli kurang cerdas mengatakan dia
tidak paham cara transfer tunai dan transfer antar-bank tanpa mau sedikit pun
berusaha. Mereka menyuruh admin datang ke kotanya untuk COD atau meminta admin
membuka rekening di bank lain.
Terakhir,
pembeli cerdas selalu teliti saat berbelanja online. Mereka akan meminta admin menyebutkan pesanan serta alamat
lengkapnya dan meminta nomor resi ketika barang pesanan sudah dikirim jika
admin lupa melakukan hal tersebut. Sebaliknya, pembeli kurang cerdas selalu
menyalahkan admin atas kealpaan admin tersebut. Bahkan, jika mereka merasa
protesnya tidak segera ditanggapi, mereka meneror admin (seperti poin ketiga). Padahal,
admin kan juga manusia, bisa lupa dan salah. Sudah seharusnya pembeli teliti
saat berbelanja agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Begitulah suka-duka menjalani bisnis online shop. Meski keuntungannya menggiurkan, pelaku bisnis online shop harus menjaga profesionalitas. Pembeli kurang cerdas dan pembeli yang makin kurang cerdas harus ditanggapi dengan kepala dingin, tanpa perlu menggunakan kata-kata kasar. Semakin kita sabar, semakin banyak pembeli yang puas hingga menjadi pelanggan. Dengan begitu, keuntungan yang didapat akan semakin banyak juga. Betul kan?
No comments:
Post a Comment