Picture taken from www.kabar2.com through www.google.com |
Produser : Ari Sihasale
Sutradara : Ari Sihasale
Penulis Naskah : Jeremias Nyangoen
Pemeran : Lukman Sardi, Laura Basuki,
Ringgo Agus Rahman, Ririn Ekawati, Putri Nere, Simson Sikoway, Abetnego Yogibalom, Michael Jakarimilena, Lucky Martin
Rilis : 14 Juni 2012
Film berjudul Di Timur Matahari merupakan film yang menceritakan kehidupan sosial
masyarakat Papua yang tinggal di daerah pegunungan. Karena letaknya yang jauh
dari kehidupan “luar”, konflik yang muncul di tengah masyarakat di sana tampak
berbeda dengan konflik masyarakat perkotaan. Meski demikian, film ini dapat
dikatakan berhasil menciptakan konflik sederhana yang logis dan terasa nyata.
Cerita dalam film ini bermula
ketika Mazmur berlari ke sebuah lapangan yang luas lalu memandang langit,
berharap akan kedatangan sosok guru yang tak kunjung datang selama enam bulan. Dari
Bapak Yakob, seorang pria setengah baya, dia tahu bahwa guru yang dinantikannya
tidak kunjung datang. Sambil berharap dan menunggu, dia mengajak teman-temannya
(Thomas, Yokim, Agnes, dan Suryani) untuk bernyanyi dan bermain di ruang kelas
yang fasilitasnya sangat terbatas.
Hari berganti hari, tapi guru yang
mereka nantikan masih belum menampakkan batang hidungnya. Akhirnya, Mazmur dan
teman-temannya pergi menemui Ucok dan Jolex untuk meminta pekerjaan. Namun,
Ucok dan Jolex menolaknya karena mereka masih kecil. Kemudian, mereka mencari
pengetahuan dari Pendeta Samuel dan Dokter Fatimah.
Sebuah kejadian heboh tiba-tiba
terjadi ketika ayah Mazmur, Blasius, menerima uang palsu dari warga kampung sebelah
dalam jual-beli burung. Setelah menyadari hal tersebut, Blasius naik pitam dan
memukuli orang yang telah menipunya. Sayangnya, hal ini diketahui banyak orang
dan akhirnya membuat dia terbunuh oleh anak panah yang diluncurkan Joseph, ayah
Agnes, yang berasal dari kampung sebelah.
Kematian Blasius membuat Michael,
adik Blasius yang sejak kecil dibesarkan di Jawa oleh “Mama Jawa”, terbang ke
Papua bersama Vina, istrinya yang beretnis Tionghoa. Michael, yang memiliki
pandangan maju dan terbuka, berusaha memberi pengertian pada Alex, adiknya,
bahwa kematian Blasius merupakan kehendak Tuhan sehingga tidak perlu ada balas
dendam. Namun, Alex mengelak. Baginya, nyawa harus dibayar dengan nyawa. Akhirnya,
perang antarsuku tidak terelakkan.
Pendeta Samuel membantu Michael
untuk menyadarkan Alex. Secara tegas, dia mengusir Alex dan warga lain yang
membawa senjata masuk ke gereja. Dia pun mengingatkan mereka bahwa Tuhan
melarang hamba-Nya untuk balas dendam dan saling menyakiti. Bahkan, Dokter
Fatimah dengan tegas menyatakan bahwa dia tidak akan mau mengobati warga yang
terluka akibat perang.
Sayangnya, Alex dan warga lainnya
tidak mengindahkan nasihat-nasihat yang ditujukan pada mereka. Tak lama setelah
Alex dan warga lain pergi, tersiar kabar bahwa seluruh Hanoi di kampung sebelah
habis terbakar. Perang pun berlanjut, Alex, Joseph, dan warga lain terbunuh. Namun,
Mazmur dan teman-temannya tetap bersahabat dan saling menguatkan ketika salah
satu anggota keluarga mereka terbunuh.
Dengan tingkah polos Mazmur dan
teman-temannya, mereka bernyanyi di tengah perang antarsuku yang akhirnya
menyadarkan warga bahwa perang hanya menghancurkan mereka. Warga yang hatinya
tersentuh dengan nyanyian bocah-bocah polos itu segera menurunkan senjatanya
dan bergandengantangan.
Secara keseluruhan, cerita
sederhana yang menjadi inti film ini benar-benar dikemas dengan sangat baik. Siapa
yang tak tersentuh hatinya mendengar anak-anak Papua menyanyikan Lagu Pahlawan Tanpa Tanda Jasa meski mereka
sudah lama tak melihat sosok pahlawan tanpa tanda jasa tersebut dan dengan
bangga menyanyikan Lagu Aku Papua
dengan riang gembira? Siapa yang tak tersentuh hatinya melihat kebersamaan
Mazmur dan teman-temannya di tengah perang antarsuku yang mencekam? Segera
siapkan tisu sebelum menonton film ini!
No comments:
Post a Comment