Morning,
world!
Pagi ini, beberapa orang dari tim
kami sudah mewujudkan keinginan ibu Kepala Dusun Mriyan Wetan untuk berkunjung
ke TK Dharma Wanita Desa Kundisari. Karena pagi ini semua orang punya agenda
masing-masing, antrian mandi yang panjang sejak subuh tak terelakkan. Tapi
karena aku, mbak Mega, Eno, Vivi, dan
mas Hengki pikir agenda kami ke TK nggak sepagi agenda teman-teman yang lain,
jadi kita santai aja tiap ada orang yang baru bangun, keluar kamar, lalu
bilang, “Aku dulu boleh nggak? Kamu masih nanti kan perginya?”
Untungnya kami berlima adalah
orang-orang paling sabar sedesa KKN *jangan dibantah*, jadi kami milih buat
makan dulu sambil nungguin antrian mandi. Oke, ini keliatannya jorok. Tapi
jangan salah, kami udah gosok gigi dulu dong di sumur karena kamar mandi cuma
satu sementara kami ber-12 orang.
Singkat cerita, posko KKN mulai
sepi karena orang-orang udah banyak yang berangkat ke tujuan masing-masing. Aku,
mbak Mega, Eno, dan Vivi udah duduk cantik di depan posko, tapi si mas Hengki
ini kelewat sabar. Udah jam 8 pun dia masih sabar diduluin orang lain yang
bangun kesiangan. Akhirnya, kami ditinggal si ibu kepala dusun yang tiba-tiba
udah nggak ada aja di posko.
Setelah sadar udah ditinggal si
ibu, kita langsung buru-buru ke TK naik motor. Padahal sebenarnya jarak dari
posko ke TK dekat. Tapi ternyata, si ibu udah nyampe di TK dan lagi cuap-cuap
di sana.
Ibu-ibu yang nungguin anaknya di
depan TK memperhatikan kita, mungkin kami dikira mau nyuntik anak mereka hehe.
Dan si ibu kepala dusun bilang, “Emang gitu, mbak. Di sini kalau kedatangan
orang kayak mbak-mbak sama mas ini dikira dokter masuk desa yang mau nyuntik.
Jadi pandangannya ya kayak gitu. Kalau ada anak TK yang nangis, ya dimaklumin
aja soalnya pikirannya kayak gitu dari dulu”.
Awalnya bingung harus kenalan kayak
gimana ke anak-anak TK yang susah berbahasa Indonesia ini. Walaupun aku orang
Jawa, tapi aku kalah sama mereka yang kebiasaannya pake Bahasa Jawa Krama.
Daripada ibu-ibu di sini bilang aku nggak sopan karena ngomong pakai Bahasa
Jawa Ngoko, akhirnya aku pakai Bahasa Indonesia dengan sedikit Bahasa Jawa
Krama yang terbata.
Capek main di dalam ruangan, kami
bermain di luar kelas dengan media bola dan bahkan tanpa media, tapi itu semua
tidak mengurangi keceriaan anak-anak TK.
Syukurlah mereka nggak minta pulang
sama ibunya gara-gara diajak selfie terus sama aku dan Eno haha. Oke, udah
cukup main-mainnya. Sekarang waktunya mampir ke balai desa. See ya!
No comments:
Post a Comment