Yakinlah,
pelangi akan muncul setelah hujan turun…
Aku
adalah salah satu orang yang telah membuktikan kebenaran pepatah mempertahankan lebih susah daripada
mendapatkan, atau mungkin kisahku ini hanya sebuah kebetulan? Tidak.
Bagiku, tidak ada kata kebetulan. Aku yakin, Tuhan telah menggariskan semua ini
untukku. Bahkan, aku percaya, tiap satu daun yang gugur, memiliki takdirnya
sendiri.
Sekitar lima setengah tahun yang lalu, aku menjadi siswa program akselerasi di sebuah SMA ternama di Kota Semarang. Beberapa orang yang mengetahui hal tersebut meragukan kemampuan akademikku. Tak sedikit pula yang mencibir, “Masa SMA kan masa remaja paling indah. Ngapain buru-buru lulus, mau cepat-cepat nikah?”
Sekitar lima setengah tahun yang lalu, aku menjadi siswa program akselerasi di sebuah SMA ternama di Kota Semarang. Beberapa orang yang mengetahui hal tersebut meragukan kemampuan akademikku. Tak sedikit pula yang mencibir, “Masa SMA kan masa remaja paling indah. Ngapain buru-buru lulus, mau cepat-cepat nikah?”
Siswa akselerasi SMA Negeri 1 Semarang angkatan 3 dan 4 berfoto bersama guru saat melakukan Village Touring |
Namun,
semua cibiran tak pernah kuindahkan. Aku percaya, ini adalah pesan dari Tuhan
agar aku semakin rajin belajar untuk menunjukkan pada mereka bahwa kerja
kerasku tak akan berkhianat. Aku sangat bangga menjadi siswa akselerasi hingga
dua tahun kemudian, ketika aku lulus SMA, cibiran itu kembali muncul.
Keinginanku
untuk masuk dalam sebuah jurusan di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) tidak
tercapai setelah dua kali mengikuti seleksi. Banyak orang yang semakin
meragukan kemampuan akademikku. Mereka beranggapan, aku adalah contoh orang
gagal yang hanyut pada sebuah kebanggaan sesaat.
Hujatan
demi hujatan aku terima, tapi aku selalu membela diri. Tak jarang, bila aku lelah
melayani tiap perdebatan, air mataku mengalir begitu saja. Satu per satu,
orang-orang mulai meninggalkanku, bahkan merasa tidak pernah mengenalku. Hal
itulah yang akhirnya, saat aku diterima di jurusan yang tidak menjadi
prioritasku, membuatku tidak mau mengakui jurusan tersebut karena aku merasa
malu dan gagal.
Meski
sering dicerca, aku berusaha untuk tidak memedulikannya dengan menyibukkan diri
dalam organisasi kampus. Setelah diterima di Lembaga Pers Mahasiswa (LPM)
Manunggal Universitas Diponegoro, aku merasa menemukan jiwaku yang selama ini
hilang. Organisasi tersebut bagaikan rumah bagiku, karena ke mana pun aku pergi, aku akan kembali ke LPM Manunggal. Di sana, aku dapat bertemu
dengan orang-orang yang kusebut keluarga dan memeroleh banyak pelajaran hidup serta pengalaman berharga.
Pengelola LPM Manunggal periode 2014 berfoto bersama di Lapangan Widya Puraya, Universitas Diponegoro |
Mereka
tidak memedulikan latarbelakangku, mereka juga tidak mempermasalahkan umurku
yang berada di bawah mereka. Dengan senang hati, mereka mau berbagi ilmu
padaku. Bahkan, mereka mendorongku untuk mengikuti lomba menulis serta
jurnalistik.
Pada
2012, aku menjadi finalis Pelatihan Menulis tingkat Nasional bertajuk Just Write yang digelar Diva Press.
Peserta Pelatihan Menulis tingkat Nasional berfoto bersama Alitt Susanto |
Kemudian,
pada tahun yang sama, aku meraih Juara Harapan pada Kompetisi Video Reportase
Investigasi se-Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta bertajuk Great Moment
yang diselenggarakan LPM Gema Keadilan Fakultas Hukum Universitas Diponegoro.
Foto bersama teman-teman satu tim usai penyerahan hadiah Kompetisi Video Reportase Investigasi |
Setahun
kemudian, aku mendapat gelar sebagai Runner
Up pada Kompetisi Esai dan Forum Diskusi Nasional bertajuk Journalist Days yang diadakan Badan Semi
Otonom Economica Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Panitia dan para pemenang berfoto bersama usai penyerahan hadiah |
Pada
tahun yang sama, aku menjadi delegasi kampus dalam dua Model United Nations’ (MUN) Conference,
yakni Indonesia-International MUN dan Asian
Law Students’ Association (ALSA) MUN. Mulai tahun inilah, beberapa orang kembali mendekat padaku. Mereka tak lagi menghiraukanku, bahkan ada pula
yang memujiku. Terlebih, ketika mereka mengetahui beberapa
tulisanku dimuat di media massa.
Foto bersama delegasi World Health Organization (WHO) dalam Indonesia-International MUN 2013 |
Tahun
ini, aku diberi amanah sebagai Pemimpin Redaksi LPM Manunggal Universitas
Diponegoro. Selain itu, aku kembali menjadi delegasi kampus dalam dua MUN's Conference, yaitu Nanyang Technological
University (NTU) MUN dan Harvard World MUN.
Aku membawa sertifikat yang aku peroleh dari NTUMUN 2014 |
Aku
juga telah beberapa kali menjadi pembicara dalam berbagai acara serta menjadi
juri dalam lomba berbasis jurnalistik. Meski disibukkan dengan kegiatan-kegiatan tersebut, aku tetap menjaga indeks prestasi kumulatifku agar berada di atas rata-rata. Karena hal tersebut, teman-teman lamaku
kembali memujiku. Ketika aku berada di luar negeri pun, tak sedikit dari mereka
yang minta dibawakan oleh-oleh.
Aku mengenalkan LPM Manunggal pada peserta Pelatihan Jurnalistik di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro |
Seluruh
pencapaian yang aku dapatkan mungkin tidak sehebat orang lain. Namun, aku
sangat bersyukur pada Tuhan karena hasil yang kudapat dari perjuanganku mampu
menghapus luka lama yang perih. Kini, sebuah tantangan datang lagi padaku.
Mampukah aku mempertahankan, atau bahkan meningkatkan, prestasi yang telah aku
dapatkan? Ya, aku harus bisa #MenjagaApi semangat yang berkobar di jiwaku,
apapun kendalanya.
subhanallah. Nina sekarang udah sukses ya dan banyak prestasi :)
ReplyDeleteAh Kak Murni apa kabar, kak?
DeleteAlhamdulillah, tapi itu ga seberapa dibanding prestasi Kak Murni hehe