Ah,
jadi juri lomba mading lagi! Jadi inget masa KKN, bikin mading bareng anak-anak
SD 2 Kundisari dengan semangat mereka yang padam, tapi waktu hari H lomba
ternyata mereka bawa mading yang luar biasa bagusnya. Jadi inget juga waktu
masih jadi reporter kinyis-kinyis, diminta BEM FT Undip buat ngelatih anak-anak
MA desa binaan belajar bikin mading. Jadi inget juga kalau aku belum skripsian.
Oke, skip!
Dari
semua hal yang bikin aku inget sama mading itu, ada persamaan dan perbedaan
dari jadi juri lomba mading kali ini. Persamaan pertama, aku pakai jilbab, sama
kayak waktu penutupan rangkaian acara di desa binaan BEM FT dan di sosialisasi
lomba mading di MI Kundisari. Persamaan kedua, panitia acara kali ini juga dari
FT. Perbedaannya, kalau sebelumnya selalu jadi juri buat anak sekolahan, kali
ini meningkat jadi anak kuliahan. Luar biasa…
Di
lomba mading Muslim Fair ini, ada beberapa juri lain selain aku. Kita sudah
dibagi tugas untuk menilai apa saja. Ada yang menilai konten keagamaannya,
blablablanya, blablablanya, dan aku menilai kreativitas serta originalitas
idenya. Maaf, gampang lupa haha.
Ya,
namanya juga mahasiswa, rata-rata yang ikut lomba mading ini pakai bahan-bahan
sisa acara dan bahan-bahan tak terpakai yang numpuk di kost. Mereka bilang itu
bahan bekas, tapi menurutku itu bukan bahan bekas karena belum pernah dipakai.
Tepatnya, bahan baru yang belum habis terpakai sehingga tidak perlu beli baru
lagi hehe.
Di
balik itu semua, ini mahasiswa yang ikut lomba mading nggak ada yang nggak
kerenlah. Ada yang unggul waktu presentasi, ada yang kreatif banget bikin
konsep madingnya, ada yang lengkap banget bikin konten madingnya. Ah, bikin
bingung juri ini namanya…
Sukses
deh buat seluruh panitia penyelenggara acara serupa! Dewasa ini mading udah
sepi peminat, jarang yang baca dan pada males berepot-repot bikin mading.
Padahal, mading itu media yang bikin kita jadi lebih kreatif lho! Jadi,
sudahkah Anda menyapa skripsi membaca mading di kampus hari ini?
No comments:
Post a Comment