Picture taken from www.anneahira.com through www.google.com |
“Tantangan terbesar kita adalah sikap apatis”
Proses pemilihan raya (pemira) kampusku sedang berjalan. Aku, sebagai pemimpin redaksi lembaga pers mahasiswa tingkat universitas, sering “nyampah” di timeline Twitter tentang pemira. Namun, aku terkejut ketika salah seorang temanku, yang kuliah di jurusan yang sama denganku, mengeluarkan tweet berbunyi, “Mau ada pemilihan ketua BEM KM atau nggak, nggak peduli, nggak penting”.
Ya, bisa dibilang, sikap apatis mahasiswa di kampusku terhadap politik
kampus memang masih ada. Beberapa hari yang lalu, aku pernah bertanya pada
beberapa teman, mengapa mereka tidak tertarik untuk terlibat dalam politik kampus,
atau bahkan sekadar memantau.
Seorang temanku berkata, dia sudah jengah dengan politik kampus yang
menurutnya kurang sehat karena berbagai hal. Ada pula yang berkata, politik
kampus tidak memengaruhi kehidupan akademis mahasiswa sehingga tidak penting
baginya. Salah seorang lainnya berkata, politik kampus hanya untuk golongan
orang tertentu sehingga ia tidak pantas untuk ikut terjun dalam politik kampus.
Aku sendiri tidak merasa terlibat dalam politik kampus, tapi aku sangat
bersinggungan dengan hal tersebut. Aku tidak pernah menjadi bagian dari senat
mahasiswa, badan eksekutif mahasiswa, atau partai mahasiswa yang terjun
langsung dalam politik kampus, tapi aku selalu memantau mereka karena aku
adalah awak pers kampus.
Aku menganggap, meski tidak terjun langsung dalam politik kampus, mahasiswa
perlu mengetahui perkembangan politik kampus. Hal ini dikarenakan dunia
organisasi dan politik kampus di bangku kuliah akan membawa pengaruh ketika
kita terjun ke masyarakat setelah lulus nanti.
Seorang alumnus kampusku pernah bercerita, ketika masuk dalam sesi
wawancara saat mendaftar kerja dulu, dia ditanya mengenai isu mahasiswa dalam
kampusnya semasa kuliah. Lalu, dia diminta bercerita mengenai tanggapannya
terhadap isu tersebut.
Ada pula alumnus yang bercerita, ketika diwawancarai dalam pendaftaran
kerja, dia ditanya siapa saja yang terjun dalam politik kampusnya. Ketika dia
sudah diterima kerja, dia bisa membedakan mana temannya yang benar-benar
memahami politik karena semasa kuliah tak acuh pada politik kampus dan mana
temannya yang tidak memahami politik karena semasa kuliah tidak peduli dengan
politik kampus.
Menurutnya, orang yang memahami politik kampus lebih dipercaya rekan
kerjanya. Pertama, karena dia memiliki banyak relasi dan pengalaman. Kedua, dia
sangat memahami politik sehingga tidak mudah ditipu dan bisa dengan lebih mudah
melobi orang lain. Ketiga, dia tahu bagaimana harus bersikap pada rekan dan
lawan. Keempat, dia paham apa yang harus dikerjakan pemimpin dan bawahannya.
Terakhir, dia terbilang lebih kritis dari teman-temannya yang lain. Yang perlu
menjadi catatan di sini, memahami politik kampus bukan berarti harus terjun langsung
ke dunia politik kampus.
Orang yang sama sekali tidak memahami atau acuh pada politik kampus, akan
mengalami kesusahan untuk terjun ke dunia politik di kemudian hari. Bagaimana bisa
kamu menjadi pemimpin bangsa ketika kamu tidak peduli dengan lingkup yang lebih
kecil, seperti kampus?
Jika kampusmu ternyata dikuasai orang-orang tak bertanggungjawab yang
nantinya akan memperburuk keadaan kampus sehingga mengganggu perkuliahanmu,
apakah kamu masih menganggap politik kampus itu tidak penting?
Hal yang jauh lebih penting adalah kelak bangsa ini akan dipimpin
orang-orang yang saat ini sedang menjadi aktivis kampus. Mereka sedang belajar
tentang politik di kampus, baik yang terjun langsung maupun yang hanya
mengamati. Jika sekarang mereka melakukan hal kotor dalam politik kampus,
begitulah gambaran masa depan bangsa ini. Lantas, masihkah kamu bersikap apatis
dengan politik kampus?
Kampus bagaikan miniatur sebuah negara, sedangkan politik kampus menjadi
laboratorium demokrasi bagi mahasiswa. Oleh karena itu, pemilihan ketua BEM umumnya
dilakukan dengan sistem pemilihan langsung oleh mahasiswa. Pilihlah ketua dan
wakil ketua yang menurutmu memiliki track
record baik dan mampu memimpin dengan bijak. Jangan memilih untuk apatis. Jika
ada kejanggalan, segera laporkan ke badan pengawas.
Terakhir, jangan menyuruh orang lain tidak golput pada pemilu jika kamu
golput pada pemira. Jangan katakan politik selalu kotor jika kamu selalu acuh
dan tidak peduli pada segala sesuatu yang berhubungan dengan politik, terutama
politik kampus. Jangan berteriak pemilu kotor jika kamu bermain kotor dalam
pemira.
Hidup mahasiswa!
No comments:
Post a Comment