Hello, freezing Brussels! Setelah melakukan perjalanan udara selama
berbelas-belas jam dari Semarang serta empat jam perjalanan darat dari Paris,
akhirnya aku dan teman-teman delegasi Undip for Harvard World Model United
Nations 2014 tiba di Brussels sekitar pukul 21.00 waktu setempat. Ketika turun
dari Eurolines, bus yang kami tumpangi dari Paris, kami langsung gelagapan
karena udara di Brussels benar-benar berbeda dengan Paris.
Pasalnya, saat menginjakkan kaki di Paris, kami
masih bisa meneteskan keringat. Bukan hanya karena barang bawaan kami yang
banyak, melainkan juga udara disana terbilang tidak dingin, bahkan kami dapat
merasakan hangatnya sinar matahari sore. Namun, ketika tiba di Brussels, kulit
tropis kami mendadak kedinginan hingga tulang muda kami merasa ditusuk kecil-kecil
oleh udara super dingin yang belum pernah kami rasakan. Seingatku, saat itu
suhu di Brussels mencapai 4 derajat celcius. Padahal, suhu di Semarang saat
kami berangkat berkisar antara 28-29 derajat celcius!
Singkat cerita, setelah memeluk malam dalam balutan
dua lapis selimut super tebal, aku dan seorang temanku memutuskan untuk
mengunjungi sebuah taman di daerah Schuman. Lokasinya tidak jauh dari tempat
kami menginap, hanya butuh berjalan kaki beberapa menit. Maka, dengan balutan coat, slayer, beanny, dan sarung tangan,
kami pun berangkat menuju Parc du Cinquantenaire.
Di sepanjang perjalanan, banyak orang yang memandang
kami dengan tatapan yang tidak biasa. Ya, mungkin karena kota ini tidak terlalu
banyak dihuni oleh ras Mongoloid seperti kami. Ditambah lagi, kami berpakaian
sangat tertutup di saat masyarakat setempat hanya mengenakan jaket atau bahkan
rok, tanpa mengenakan sarung tangan seperti kami.
Setibanya di Parc du Cinquantenaire, kami
berkeliling taman sambil memandangi gedung-gedung indah yang digunakan sebagai
kantor European Union. Kebetulan, daerah Schuman memang daerah perkantoran
European Union. Jadi, jangan kaget melihat banyak bendera Belgia dan European
Union yang berkibar di atas atau depan gedung-gedung daerah ini ya!
Belum lama kami menikmati keindahan taman ini,
tiba-tiba dua gadis berwajah India kulit putih menghampiri kami. Dengan Bahasa
Inggris seadanya, mereka menyodorkan kertas dan ballpoint pada kami sebagai tanda bukti bahwa kami bersedia
memberikan sumbangan sukarela untuk anak-anak yatim-piatu. Temanku yang tidak
paham dengan maksud mereka hendak menandatangani kertas tersebut, lalu aku
berujar padanya dengan Bahasa Indonesia bahwa mereka meminta uang kami. “Mending
kita pergi aja deh,” kataku.
Bukan bermaksud untuk berburuk sangka, tapi sebelum
berangkat ke Brussels, aku sempat membaca beberapa artikel di internet mengenai
copet serta penipuan di Paris. Dalam salah satu artikel tersebut, si penulis
menjelaskan bahwa banyak kasus penipuan yang berkedok sumbangan sukarela bagi
anak-anak yatim piatu atau bahkan pura-pura menanyakan jalan karena mereka
tidak mampu berbahasa Perancis. Kebanyakan dari mereka bukan orang asli Eropa,
justru imigran yang memang memiliki sasaran turis Asia karena dianggap ramah
dan selalu membawa banyak uang tunai.
Benar saja, ketika temanku memberikan empat euro
pada salah seorang gadis, ia berkata sambil menunjuk temannya, “How about her?”. Lalu, temanku menjawab
bahwa uang itu harus mereka bagi dua. Namun, saat kami baru akan berjalan, ia
berkata, “But the minimum paid is five
euro”. Padahal, jelas-jelas sebelumnya dia berkata bahwa sumbangan itu
bersifat sukarela dan tidak ada jumlah sumbangan minimal. Karena tidak ingin
diganggu lagi, temanku segera mengeluarkan dompetnya. Saat itu, gadis itu
seperti hendak menyerobot dompet temanku dan aku sempat merasa takut. Untungnya,
kedua gadis itu segera pergi setelah temanku memberi selembar uang sepuluh euro
pada salah seorang dari mereka.
Kami melanjutkan berjalan-jalan mengelilingi taman
sambil sesekali mengambil gambar. Di sekeliling kami, kami melihat anak-anak
kecil bermain sepeda dan berlari di atas rumput yang hijau, seorang nenek makan
sandwich di salah satu bangku, dua
wanita muda berbincang sambil membawa bayi, sepasang kekasih yang sedang
bermesraan, seorang kakek bersepeda mengelilingi taman, dan beberapa orang yang
hanya duduk-duduk di taman seorang diri sambil menikmati snack mereka. Semua terasa sama seperti yang aku lihat di film-film
barat hehe.
Pepohonan berbentuk persegi panjang yang tampak menyatu dengan rapi (kiri) |
Parc du Cinquantenaire dilihat dari sudut tengah belakang taman |
Di taman ini, terdapat beberapa patung yang tersebar
di beberapa sudut taman. Sayangnya, aku belum mendapat informasi mengenai sejarah
patung tersebut. Jadi, aku belum bisa bercerita mengenai patung-patung tersebut
dalam artikel ini.
Aku berfoto di dekat patung anjing di salah satu sudut taman |
Parc du Cinquantenaire memiliki sudut berbentuk U yang indah dan bersih. Di bagian tengah belakang taman ini, terdapat The Quadriga of Brabant, yakni patung berbentuk kereta kencana yang berdiri megah di atas monumen
taman. Patung yang dibuat di awal abad ke-20 ini merupakan simbol kemenangan
Negeri Brabant. Jika diamati lebih detail, patung ini menggambarkan pengibaran
bendera.
The Quadriga of Brabant |
The Quadriga of Brabant |
The Quadriga of Brabant |
Sayangnya,
aku tidak sempat berlama-lama disini. Maka, aku dan temanku segera berjalan
keluar taman. Namun, saat kami masih berjalan di tengah taman yang sepi, dua
gadis berwajah India yang tadi menghampiri kami kembali datang pada kami. Salah
seorang dari mereka berbicara pada kami sambil merokok, intinya, mereka meminta
sumbangan lagi. Kali ini, yang menjadi sasaran mereka adalah aku sehingga aku
berjalan cepat dan berbicara sekeras mungkin agar ada orang yang melihatku.
Temanku
yang tidak tahu harus berbuat apa justru menghentikan langkahnya sehingga kedua
gadis itu semakin menjadi-jadi. Mereka terus berkata, “Please, madam. They
have no paps and moms”. Aku sudah berulang kali berkata, “I have no
money at all”, tapi mereka terus mengejarku. Sampai akhirnya, aku menyuruh
temanku untuk berlari dan kedua gadis itu pun meninggalkan kami setelah kami
berada dekat dengan kerumunan pengunjung lainnya.
Saranku,
berhati-hatilah dengan orang-orang semacam ini. Jika ingin berjalan-jalan,
jangan sendirian. Kalau bisa, ajak teman laki-laki untuk berjalan bersamamu
karena orang-orang seperti ini biasanya tidak mengincar laki-laki. Tetap
waspada dengan barang bawaan, terutama saat berfoto ria karena waktu tersebut dapat
dimanfaatkan orang jahat untuk mencopet.
Balik
lagi ke Parc du Cinquantenaire, keindahan yang
ditawarkan taman ini sayang jika dilewatkan ketika berkunjung ke Brussels. Letaknya
memang agak jauh dari alun-alun Kota Brussels (Grand Place), tapi tidak ada salahnya mampir kesini jika ada waktu
hehe.
No comments:
Post a Comment