Sore hari memang pas buat
jalan-jalan ya! Diiringi gerimis manis nan romantis, aku dan teman-teman
delegasi Universitas Diponegoro for Harvard World Model United Nations 2014 pun
memutuskan untuk mengunjungi Manneken Pis, sebuah patung yang tersohor dengan
ceritanya yang menggelikan. Menurut cerita Juan, temanku asal Spanyol yang
sudah tiga tahun tinggal di Brussels, Manneken Pis dibuat sebagai tanda terima
kasih untuk seorang anak lelaki bernama Jualianske yang menyelamatkan warga
setempat dengan ‘mengencingi’ sebuah bom aktif yang hendak meledak. Juan mengaku
tidak tahu apakah cerita itu benar atau hanya fiktif belaka.
Iseng-iseng mencarinya
lewat internet, aku justru menemukan cerita dengan versi yang berbeda-beda.
Salah satu versinya, sama seperti cerita yang Juan ceritakan saat itu. Selain
punya cerita unik, Manneken Pis punya kembaran bernama Jeanneke Pis, yaitu
sebuah patung anak perempuan yang sedang kencing. Sayangnya, karena Manneken
Pis dan Jeanneke Pis dipisahkan oleh jarak yang cukup jauh, aku tidak sempat
mengunjunginya.
Lokasi Manneken Pis dekat
dengan Grand Place, tempat digelarnya “karpet bunga” saat musim semi. Sedangkan
lokasi Jeanneke Pis ada di suatu tempat yang aku lupa namanya hehe, yang jelas
harus berjalan kaki dan naik metro dulu untuk sampai disana.
Awalnya, aku membayangkan
ukuran patung Manneken Pis sebesar Garuda Wisnu Kencana *lebay* dan lokasi
Manneken Pis ada di suatu tempat luas dengan taman indah yang mengelilinginya.
Nyatanya, ukuran patung Manneken Pis justru tidak sebesar patung-patung
imitasinya yang banyak dijual di toko-toko dekat Manneken Pis. Lokasi Manneken
Pis berdiri pun cukup sederhana, di sudut sebuah perempatan jalan.
Kami sangat beruntung
mengunjungi Manneken Pis saat St. Patrick’s Day. Pasalnya, hari ini, patung
dengan air mancur kecil ini sedang memakai kostum. Hal ini selalu terjadi
ketika hari besar tertentu, seperti Hari Natal, Hari Kemerdekaan suatu negara,
dan lain-lain. Sedangkan pada hari biasa, tidak ada sehelai benangpun yang
menutupi patung ini.
Aku dan Kak Ajeng berfoto di pinggir jalan dengan latar belakang Manneken Pis. Maafkan muka lusuh kami, maafkan! |
Terlepas dari ukuran,
lokasi, dan cerita tentang Manneken Pis, menurutku, patung ini mampu
mengajarkan kita tentang arti kesederhaan dalam kebahagiaan. Seniat apapun kita
untuk merayakan suatu kemenangan, berbagi kebahagiaan, dan mengenang suatu
kejadian yang paling membekas di hati kita, tidak perlu diungkapkan dengan
sesuatu yang berlebihan. Hal yang lebih penting dari itu adalah bagaimana cara
kita untuk mengungkapkan rasa terima kasih kita kepada Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah membiarkan sebuah kebahagiaan luar biasa hadir dalam hidup kita.
Well, semoga suatu saat ketika kembali ke Brussels, aku bisa mengunjungi
Jeanneke Pis! Amin….
No comments:
Post a Comment