Thursday, February 13, 2014

Movie Review: My 11th Mother

Picture taken from www.google.com

Judul: My 11th Mother
Tahun Release: 2007
Director: Jin-Seong Kim
Producer: Jun-mo Park
Cast: Kim Hye Su, Kim Yeong Chan, Ryoo Seung Ryong

Film yang dirilis pada tahun 2007 ini berkisah tentang kehidupan seorang anak laki-laki bernama Jae Su, yang diperankan oleh Kim Yeong Chan. Meskipun masih memiliki ayah (Ryoo Seung Ryong), Jae Su sudah terbiasa hidup sendiri dan bekerja keras setiap hari. Selain mengumpulkan uang untuk ditabung demi membeli komputer, Jae Su juga mengumpulkan kupon makanan gratis untuk makanannya setiap hari.

Suatu hari, ayahnya yang suka berjudi datang ke rumah bersama seorang wanita muda (Kim Hye Su) dengan dandanan yang mencolok dan berkata bahwa wanita itu adalah ibu barunya. Jae Su yang sudah terbiasa dengan kehadiran ibu baru awalnya menanggapi hal tersebut dengan biasa saja. Namun, seiring berjalannya waktu, ia justru kesal dengan ibu barunya karena sehari-hari  yang ia hanya makan, tidur, berdandan, mendengarkan musik dengan keras, dan mencuri kupon makanan yang Jae Su kumpulkan dengan susah payah. Untungnya, uang tabungan Jae Su masih tersimpan rapi di dalam tabungannya.

Kekesalan Jae Su memuncak ketika ia memergoki ibu barunya itu sedang menggunakan jarum suntik. Jae Su membuang seluruh jarum suntik dan obat-obatan yang ada di dalam koper ibu barunya dan mengatakan bahwa ia adalah wanita terburuk yang pernah dibawa ayahnya. Namun, rupanya jarum suntik dan obat-obatan tersebut adalah insulin yang digunakan ibu baru Jae Su untuk penyakit diabetes yang dideritanya. Bahkan, kosmetik tebal yang selama ini ia gunakan sebenarnya hanya untuk menutupi raut wajahnya yang tampak sangat pucat akibat diabetes. Karena merasa bersalah, Jae Su membawa ibu barunya ke rumah sakit dan membelikannya obat-obatan.

Ketika Jae Su dan ibu barunya pulang ke rumah, tiba-tiba ayah Jae Su pulang dan meminta uang milik Jae Su untuk berjudi. Jae Su yang tidak mengaku memiliki uang pun dipukuli ayahnya setelah pria itu menemukan uang milik Jae Su di meja belajarnya. Ia pun kembali pergi untuk berjudi dan meninggalkan Jae Su dan istri barunya di rumah.

Ketika sang ayah kembali pulang ke rumah, ia mengajak Jae Su dan istrinya untuk makan di luar dan berkaraoke. Ia meminta sang istri untuk meminum alkohol seperti dirinya. Jae Su sempat mencegahnya dan berkata bahwa sang ibu sedang sakit, tapi ibu baru Jae Su justru menuruti suaminya untuk minum alkohol. Di tempat karaoke itu, Jae Su dan ibu barunya mulai bercerita tentang kepedihan hidup yang mereka terima.

Suatu malam, ayah Jae Su pulang ke rumah dan membawa makanan, tapi istri dan anaknya tidak ikut makan bersamanya. Bahkan, istrinya tidak menghiraukan permintaannya untuk dilayani. Ayah Jae Su yang kesal kemudian pergi ke dapur dan menemukan buku serta foto ibu kandung Jae Su. Emosinya pun meledak dan membakar buku dan foto itu. Jae Su berteriak dan menangis memohon ayahnya untuk tidak membakar barang-barang berharganya. Namun, sang ayah justru memukulinya dan menyuruhnya untuk berkata pada dirinya sendiri bahwa ibu kandungnya sudah meninggal dunia walaupun Jae Su yakin bahwa ibunya masih hidup.

Tidak tahan dengan perlakuan kasar sang suami terhadap anaknya, ibu baru Jae Su melempar barang-barang pada suaminya dan berusaha menyelamatkan Jae Su walaupun ia dipukuli oleh sang suami. Setelah suaminya pergi, ia segera mengobati Jae Su. Namun, Jae Su justru menyuruh sang ibu untuk mengambil obat untuk mengobati ibu barunya itu.

Jae Su yang tengah mengerjakan PR mulai berbincang dengan ibu barunya. Melihat Jae Su harus menceritakan kegiatan yang ia lakukan untuk PR-nya, sang ibu mengajak Jae Su pergi ke Central sebuah taman bermain. Awalnya, Jae Su menolak karena mereka berdua memiliki luka lebam di wajah. Sang ibu pun mengambil kosmetiknya dan segera mendadani Jae Su dan dirinya sendiri agar luka lebam di wajah mereka tidak terlihat.

Di taman bermain tersebut, Jae Su dan ibu barunya bermain dan berfoto bersama dengan senang walaupun awalnya terlihat canggung. Foto itu pun diberi caption “it was really fun” oleh Jae Su dan ia gunakan untuk melengkapi PR-nya. Ibu baru Jae Su bahagia melihat pekerjaan Jae Su tersebut dan berjanji pada dirinya sendiri untuk berusaha menjadi ibu yang baik bagi Jae Su. Ia mulai memasak untuk Jae Su dan memberi beberapa pesan untuk Jae Su.

Seiring berjalannya waktu, Jae Su menyukai ibu barunya. Bahkan, ia menjual komputernya untuk membeli obat untuk ibu barunya. Sayangnya, ibu baru Jae Su mendapat vonis kanker dari dokter dan merasa bahwa hidupnya tidak akan lama lagi. Ia membuat banyak makanan untuk Jae Su sebelum meninggalkan rumah akibat stress.

Jae Su mencari-cari sang ibu tapi ia tidak menemukannya. Padahal, pada akhir pekan akan ada pentas seni di sekolah Jae Su yang harus dihadiri oleh para ibu. Jae Su mengaku pada gurunya bahwa ibunya harus bekerja sehingga ia tidak dapat menghadiri acara tersebut. Guru Jae Su pun menelepon ibu baru Jae Su untuk memohonnya hadir dalam pentas seni di sekolahnya.

Setelah berpikir panjang, akhirnya ibu baru Jae Su datang ke sekolah Jae Su. Namun, Jae Su justru kesal karena sang ibu telah pergi meninggalkannya sendiri tanpa pamit. Saat itulah Jae Su memanggil sang ibu dengan panggilan “ibu”. Sang ibu pun sangat terharu dan meminta maaf pada Jae Su. Ia bahkan mau kembali ke rumah untuk memasak makanan bagi Jae Su.

Sadar bahwa hidupnya tidak akan lama lagi, ibu baru Jae Su mengajari sang anak cara memasak dan membelikan alat masak serta baju baru untuk Jae Su sebagai kado ulang tahunnya. Bahkan, ia menitipkan pesan pada tetangganya untuk merawat dan menyelamatkan Jae Su ketika suaminya berlaku kasar kepada bocah lekaki itu.

Keesokan harinya, Jae Su menjual komputernya untuk membeli obat diabetes bagi ibu barunya. Sang ibu sempat meminta Jae Su untuk mengembalikan obat tersebut dan meminta uangnya kembali untuk ditabung. Namun, Jae Su yang telah menyayangi ibu barunya tidak mau melakukan hal tersebut karena ia ingin menyembuhkan sang ibu.

Semangat Jae Su tampak sedikit mereka saat ayahnya meneleponnya dan menyuruh Jae Su untuk membereskan barang-barang sang ibu karena ia telah menjual istrinya itu. Bahkan, ayah Jae Su sempat berkata, “You think you could stay forever with her? Dream on!”.

Jae Su pun berniat untuk kabur bersama ibu barunya sebelum ayahnya datang ke rumah keesokan harinya. Untuk itu, ia segera membereskan barang-barangnya dan barang-barang sang ibu serta memasak sarapan pagi untuk mereka berdua. Sayangnya, kebahagiaan Jae Su berubah menjadi duka ketika ibu baru yang sangat ia sayangi pergi untuk selama-lamanya. Ia pun mengubur ibu barunya tersebut secara sederhana dan memasukkan sebuah gambar yang sering dilihat sang ibu ke dalam liang lahatnya.

Ayah Jae Su yang hendak memasuki rumah terlibat pertengkaran dengan tetangga Jae Su sebelum polisi menangkapnya. Jae Su yang malang pun harus menjalani kehidupannya seperti dahulu tanpa orang tua di rumah.

Meskipun mengalami kejadian-kejadian yang menyedihkan, senyum Jae Su dapat kembali terlukis di wajahnya ketika ia mendapati buku yang persis seperti buku pemberian ibu kandungnya ada di atas meja belajarnya. Di dalam buku tersebut, terdapat sebuah kartu ucapan selamat ulang tahun dari ibu barunya yang telah meninggal dunia. Sang ibu bahkan meninggalkan baju baru untuk Jae Su. Akhir dari film ini adalah Jae Su yang sedang berulang tahun mengunjungi ayahnya di penjara memakai baju baru yang diberikan oleh ibu barunya. Ia mengaku pada ayahnya bahwa ia sangat menyukai sang ibu dan menganggapnya sebagai “the real mom” baginya.

No comments:

Post a Comment