Wednesday, May 21, 2014

Suka-Duka Jualan Online

Picture taken from www.edwardhotspur.wordpress.com through www.google.com

Punya bisnis online di samping kuliah memang menyenangkan. Bisa punya penghasilan sendiri, bisa beli buku dan barang hura-hura, seperti baju dan tas (maklum, namanya juga cewek) tanpa ngemis ke orang tua. Selain itu, tanpa mikir kapan orang tua ngasih duit pun, kita tetap bisa makan enak tiga kali sehari hehe.


Ya, namanya juga kehidupan. Selalu ada dua sisi berlawanan yang harus kita hadapi. Kalau tadi udah ngomong sukanya nih, sekarang giliran ‘bongkar’ dukanya. Hmm bentar deh, tisu mana tisu?
Oke, buat kalian yang merasa sebagai pembeli cerdas, pasti paham dong bagaimana tata cara belanja online yang cerdas. Pertama, cari info tentang online shop-nya. Punya toko offline atau engga, alamatnya di mana, nomor HP dan Pin BBM adminnya berapa, bisa COD (Cash on Delivery) di kota asalnya atau tidak, bagaimana cara menjadi reseller-nya, testimonial pelanggannya seperti apa, isi wall post-nya seperti apa, apa aja isi note dan album yang pernah di-share, apakah foto-foto yang di-share merupakan foto asli atau hanya hasil googling, dan barang apa aja yang dijual online shop tersebut. Kalau hal-hal yang aku sebutin tadi tampak nggak beres atau mencurigakan, tinggalin online shop itu! Nah, beda halnya dengan pembeli kurang cerdas yang asal nanya tentang hal-hal yang aku sebutin di atas. Makin kurang cerdas lagi kalau belum pesan barang, tapi sudah tanya nomor rekening ke admin.
Kedua, pembeli cerdas pasti memperhatikan hal-hal detail produk atau spesifikasi barang yang dijual online shop. Kalau ada informasi yang tidak tertera di laman facebook/twitter/instagram/web online shop itu, tanya pada salah satu admin. Ingat ya, salah satu admin. Sedangkan pembeli kurang cerdas, biasanya hanya melihat gambar produk atau barang tanpa membaca penjelasan yang tertera. Lalu, pembeli kurang cerdas menanyakan hal-hal, yang sebenarnya sudah tertera di laman online shop, ke admin. Nah, kalau pembeli yang makin kurang cerdas, biasanya menanyakan hal yang sama ke semua contact yang tertera di laman online shop. Padahal, semakin besar sebuah online shop, semakin banyak contact yang tertera karena jumlah customer-nya semakin banyak. Intinya, pembeli cerdas = pemegang teguh budaya membaca.
Ketiga, pembeli cerdas paham bahwa admin atau customer service dari online shop juga manusia, sama seperti pembeli. Mereka punya waktu istirahat, punya waktu untuk melakukan aktivitas pribadi, dan cuma punya dua tangan untuk membalas banyaknya tweet/wall post/comment/message/SMS/BBM/whatsapp/line yang masuk. Pembeli yang cerdas juga paham kalau kekuatan sinyal sangat berperan penting dalam bisnis online shop. Kalau pembeli yang kurang cerdas, biasanya nggak sabar dengan balasan admin atau customer service sehingga ia menelepon seluruh contact online shop itu, nge-PING!!! seluruh contact online shop itu, dan SMS berulang kali ke seluruh contact online shop itu. Lalu, ia mem-posting tweet atau wall post atau comment di bawah gambar atau status yang isinya meminta admin untuk segera merespons dia. Padahal, selang waktunya bisa dibilang masih sangat normal. Bahkan, saking nggak sabarnya, ada yang langsung melakukan hal-hal tersebut tanpa selang waktu.
Keempat, pembeli cerdas tahu kalau tidak semua online shop bisa COD di luar kota. Mereka paham kalau online shop pada umumnya hanya menerima COD dalam kota. Selain itu, mereka juga mengerti bahwa pelaku bisnis online shop bukan kurir yang mengantarkan barang pesanan sampai rumah si pembeli. Mereka tahu kalau barang pesanan yang sudah dikirim bisa dilacak melalui internet dengan menggunakan nomor resi yang diberikan admin online shop. Hal ini tentu berbeda dengan pembeli kurang cerdas yang batal membeli karena tidak bisa COD di pulau lain atau marah-marah ke admin online shop jika barang pesanannya belum sampai tanpa mengecek status pengiriman barang via internet. Sedangkan pembeli yang makin kurang cerdas, ada yang meminta admin untuk meletakkan barang pesanan di bawah kursi dan mengabarinya jika admin sudah melakukan hal tersebut.
Kelima, pembeli cerdas tahu bagaimana cara mengirim uang meski tidak memiliki rekening apapun di suatu bank atau mengirim uang ke bank lain. Mereka akan melakukan transfer tunai di bank (di mana online shop memiliki rekening) dengan bertanya ke satpam terlebih dahulu mengenai cara transfer tunai. Jika bank-nya berbeda dengan bank online shop, pembeli cerdas melakukan transfer antar-bank yang merupakan fasilitas bank mereka. Sementara itu, pembeli kurang cerdas mengatakan dia tidak paham cara transfer tunai dan transfer antar-bank tanpa mau sedikit pun berusaha. Mereka menyuruh admin datang ke kotanya untuk COD atau meminta admin membuka rekening di bank lain.
Terakhir, pembeli cerdas selalu teliti saat berbelanja online. Mereka akan meminta admin menyebutkan pesanan serta alamat lengkapnya dan meminta nomor resi ketika barang pesanan sudah dikirim jika admin lupa melakukan hal tersebut. Sebaliknya, pembeli kurang cerdas selalu menyalahkan admin atas kealpaan admin tersebut. Bahkan, jika mereka merasa protesnya tidak segera ditanggapi, mereka meneror admin (seperti poin ketiga). Padahal, admin kan juga manusia, bisa lupa dan salah. Sudah seharusnya pembeli teliti saat berbelanja agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Begitulah suka-duka menjalani bisnis online shop. Meski keuntungannya menggiurkan, pelaku bisnis online shop harus menjaga profesionalitas. Pembeli kurang cerdas dan pembeli yang makin kurang cerdas harus ditanggapi dengan kepala dingin, tanpa perlu menggunakan kata-kata kasar. Semakin kita sabar, semakin banyak pembeli yang puas hingga menjadi pelanggan. Dengan begitu, keuntungan yang didapat akan semakin banyak juga. Betul kan?

No comments:

Post a Comment