Friday, August 8, 2014

KKN Hari ke-4: Main ke TK Dharma Wanita Kundisari


Morning, world!

Pagi ini, beberapa orang dari tim kami sudah mewujudkan keinginan ibu Kepala Dusun Mriyan Wetan untuk berkunjung ke TK Dharma Wanita Desa Kundisari. Karena pagi ini semua orang punya agenda masing-masing, antrian mandi yang panjang sejak subuh tak terelakkan. Tapi karena  aku, mbak Mega, Eno, Vivi, dan mas Hengki pikir agenda kami ke TK nggak sepagi agenda teman-teman yang lain, jadi kita santai aja tiap ada orang yang baru bangun, keluar kamar, lalu bilang, “Aku dulu boleh nggak? Kamu masih nanti kan perginya?”

Untungnya kami berlima adalah orang-orang paling sabar sedesa KKN *jangan dibantah*, jadi kami milih buat makan dulu sambil nungguin antrian mandi. Oke, ini keliatannya jorok. Tapi jangan salah, kami udah gosok gigi dulu dong di sumur karena kamar mandi cuma satu sementara kami ber-12 orang.

Singkat cerita, posko KKN mulai sepi karena orang-orang udah banyak yang berangkat ke tujuan masing-masing. Aku, mbak Mega, Eno, dan Vivi udah duduk cantik di depan posko, tapi si mas Hengki ini kelewat sabar. Udah jam 8 pun dia masih sabar diduluin orang lain yang bangun kesiangan. Akhirnya, kami ditinggal si ibu kepala dusun yang tiba-tiba udah nggak ada aja di posko.

Setelah sadar udah ditinggal si ibu, kita langsung buru-buru ke TK naik motor. Padahal sebenarnya jarak dari posko ke TK dekat. Tapi ternyata, si ibu udah nyampe di TK dan lagi cuap-cuap di sana.

Ibu-ibu yang nungguin anaknya di depan TK memperhatikan kita, mungkin kami dikira mau nyuntik anak mereka hehe. Dan si ibu kepala dusun bilang, “Emang gitu, mbak. Di sini kalau kedatangan orang kayak mbak-mbak sama mas ini dikira dokter masuk desa yang mau nyuntik. Jadi pandangannya ya kayak gitu. Kalau ada anak TK yang nangis, ya dimaklumin aja soalnya pikirannya kayak gitu dari dulu”.


Beneran deh, satu per satu anak mulai nangis. Aku bingung harus ngapain, soalnya aku biasanya menangisi, bukan ditangisi *apa sih*. Dan setelah aku gagal membujuk anak-anak itu, si ibu kepala dusun nyamperin anak-anak itu dan akhirnya mereka berhenti nangis. Tapi ada juga yang nggak mau berhenti nangis kalau ibunya keluar kelas.

Awalnya bingung harus kenalan kayak gimana ke anak-anak TK yang susah berbahasa Indonesia ini. Walaupun aku orang Jawa, tapi aku kalah sama mereka yang kebiasaannya pake Bahasa Jawa Krama. Daripada ibu-ibu di sini bilang aku nggak sopan karena ngomong pakai Bahasa Jawa Ngoko, akhirnya aku pakai Bahasa Indonesia dengan sedikit Bahasa Jawa Krama yang terbata.


Setelah perkenalan, kami membaur untuk bermain lilin dan puzzle bersama. Di antara kami, mbak Mega keliatannya paling semangat. Ibu muda ini serasa main sama anaknya sendiri, padahal anaknya masih berumur empat bulan haha. Mbak Mega manggil anak-anak di sini “sayang” dan terlihat paling sabar menghadapi tingkah laku mereka.


Capek main di dalam ruangan, kami bermain di luar kelas dengan media bola dan bahkan tanpa media, tapi itu semua tidak mengurangi keceriaan anak-anak TK.


Syukurlah mereka nggak minta pulang sama ibunya gara-gara diajak selfie terus sama aku dan Eno haha. Oke, udah cukup main-mainnya. Sekarang waktunya mampir ke balai desa. See ya!

No comments:

Post a Comment