Wednesday, November 19, 2014

Politik Kampus, Penting Nggak Sih?

Picture taken from www.anneahira.com through www.google.com


“Tantangan terbesar kita adalah sikap apatis”


Proses pemilihan raya (pemira) kampusku sedang berjalan. Aku, sebagai pemimpin redaksi lembaga pers mahasiswa tingkat universitas, sering “nyampah” di timeline Twitter tentang pemira. Namun, aku terkejut ketika salah seorang temanku, yang kuliah di jurusan yang sama denganku, mengeluarkan tweet berbunyi, “Mau ada pemilihan ketua BEM KM atau nggak, nggak peduli, nggak penting”.

Ya, bisa dibilang, sikap apatis mahasiswa di kampusku terhadap politik kampus memang masih ada. Beberapa hari yang lalu, aku pernah bertanya pada beberapa teman, mengapa mereka tidak tertarik untuk terlibat dalam politik kampus, atau bahkan sekadar memantau.

Seorang temanku berkata, dia sudah jengah dengan politik kampus yang menurutnya kurang sehat karena berbagai hal. Ada pula yang berkata, politik kampus tidak memengaruhi kehidupan akademis mahasiswa sehingga tidak penting baginya. Salah seorang lainnya berkata, politik kampus hanya untuk golongan orang tertentu sehingga ia tidak pantas untuk ikut terjun dalam politik kampus.

Aku sendiri tidak merasa terlibat dalam politik kampus, tapi aku sangat bersinggungan dengan hal tersebut. Aku tidak pernah menjadi bagian dari senat mahasiswa, badan eksekutif mahasiswa, atau partai mahasiswa yang terjun langsung dalam politik kampus, tapi aku selalu memantau mereka karena aku adalah awak pers kampus.

Aku menganggap, meski tidak terjun langsung dalam politik kampus, mahasiswa perlu mengetahui perkembangan politik kampus. Hal ini dikarenakan dunia organisasi dan politik kampus di bangku kuliah akan membawa pengaruh ketika kita terjun ke masyarakat setelah lulus nanti.

Seorang alumnus kampusku pernah bercerita, ketika masuk dalam sesi wawancara saat mendaftar kerja dulu, dia ditanya mengenai isu mahasiswa dalam kampusnya semasa kuliah. Lalu, dia diminta bercerita mengenai tanggapannya terhadap isu tersebut.

Ada pula alumnus yang bercerita, ketika diwawancarai dalam pendaftaran kerja, dia ditanya siapa saja yang terjun dalam politik kampusnya. Ketika dia sudah diterima kerja, dia bisa membedakan mana temannya yang benar-benar memahami politik karena semasa kuliah tak acuh pada politik kampus dan mana temannya yang tidak memahami politik karena semasa kuliah tidak peduli dengan politik kampus.

Menurutnya, orang yang memahami politik kampus lebih dipercaya rekan kerjanya. Pertama, karena dia memiliki banyak relasi dan pengalaman. Kedua, dia sangat memahami politik sehingga tidak mudah ditipu dan bisa dengan lebih mudah melobi orang lain. Ketiga, dia tahu bagaimana harus bersikap pada rekan dan lawan. Keempat, dia paham apa yang harus dikerjakan pemimpin dan bawahannya. Terakhir, dia terbilang lebih kritis dari teman-temannya yang lain. Yang perlu menjadi catatan di sini, memahami politik kampus bukan berarti harus terjun langsung ke dunia politik kampus.

Orang yang sama sekali tidak memahami atau acuh pada politik kampus, akan mengalami kesusahan untuk terjun ke dunia politik di kemudian hari. Bagaimana bisa kamu menjadi pemimpin bangsa ketika kamu tidak peduli dengan lingkup yang lebih kecil, seperti kampus?

Jika kampusmu ternyata dikuasai orang-orang tak bertanggungjawab yang nantinya akan memperburuk keadaan kampus sehingga mengganggu perkuliahanmu, apakah kamu masih menganggap politik kampus itu tidak penting?

Hal yang jauh lebih penting adalah kelak bangsa ini akan dipimpin orang-orang yang saat ini sedang menjadi aktivis kampus. Mereka sedang belajar tentang politik di kampus, baik yang terjun langsung maupun yang hanya mengamati. Jika sekarang mereka melakukan hal kotor dalam politik kampus, begitulah gambaran masa depan bangsa ini. Lantas, masihkah kamu bersikap apatis dengan politik kampus?

Kampus bagaikan miniatur sebuah negara, sedangkan politik kampus menjadi laboratorium demokrasi bagi mahasiswa. Oleh karena itu, pemilihan ketua BEM umumnya dilakukan dengan sistem pemilihan langsung oleh mahasiswa. Pilihlah ketua dan wakil ketua yang menurutmu memiliki track record baik dan mampu memimpin dengan bijak. Jangan memilih untuk apatis. Jika ada kejanggalan, segera laporkan ke badan pengawas.

Terakhir, jangan menyuruh orang lain tidak golput pada pemilu jika kamu golput pada pemira. Jangan katakan politik selalu kotor jika kamu selalu acuh dan tidak peduli pada segala sesuatu yang berhubungan dengan politik, terutama politik kampus. Jangan berteriak pemilu kotor jika kamu bermain kotor dalam pemira.

Hidup mahasiswa!

No comments:

Post a Comment