Sunday, December 21, 2014

Pelangi Usai Hujan


Yakinlah, pelangi akan muncul setelah hujan turun…
Aku adalah salah satu orang yang telah membuktikan kebenaran pepatah mempertahankan lebih susah daripada mendapatkan, atau mungkin kisahku ini hanya sebuah kebetulan? Tidak. Bagiku, tidak ada kata kebetulan. Aku yakin, Tuhan telah menggariskan semua ini untukku. Bahkan, aku percaya, tiap satu daun yang gugur, memiliki takdirnya sendiri.

Sekitar lima setengah tahun yang lalu, aku menjadi siswa program akselerasi di sebuah SMA ternama di Kota Semarang. Beberapa orang yang mengetahui hal tersebut meragukan kemampuan akademikku. Tak sedikit pula yang mencibir, “Masa SMA kan masa remaja paling indah. Ngapain buru-buru lulus, mau cepat-cepat nikah?”
Siswa akselerasi SMA Negeri 1 Semarang angkatan 3 dan 4 berfoto bersama guru saat melakukan Village Touring
Namun, semua cibiran tak pernah kuindahkan. Aku percaya, ini adalah pesan dari Tuhan agar aku semakin rajin belajar untuk menunjukkan pada mereka bahwa kerja kerasku tak akan berkhianat. Aku sangat bangga menjadi siswa akselerasi hingga dua tahun kemudian, ketika aku lulus SMA, cibiran itu kembali muncul.
Keinginanku untuk masuk dalam sebuah jurusan di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) tidak tercapai setelah dua kali mengikuti seleksi. Banyak orang yang semakin meragukan kemampuan akademikku. Mereka beranggapan, aku adalah contoh orang gagal yang hanyut pada sebuah kebanggaan sesaat.
Hujatan demi hujatan aku terima, tapi aku selalu membela diri. Tak jarang, bila aku lelah melayani tiap perdebatan, air mataku mengalir begitu saja. Satu per satu, orang-orang mulai meninggalkanku, bahkan merasa tidak pernah mengenalku. Hal itulah yang akhirnya, saat aku diterima di jurusan yang tidak menjadi prioritasku, membuatku tidak mau mengakui jurusan tersebut karena aku merasa malu dan gagal.
Meski sering dicerca, aku berusaha untuk tidak memedulikannya dengan menyibukkan diri dalam organisasi kampus. Setelah diterima di Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Manunggal Universitas Diponegoro, aku merasa menemukan jiwaku yang selama ini hilang. Organisasi tersebut bagaikan rumah bagiku, karena ke mana pun aku pergi, aku akan kembali ke LPM Manunggal. Di sana, aku dapat bertemu dengan orang-orang yang kusebut keluarga dan memeroleh banyak pelajaran hidup serta pengalaman berharga.
Pengelola LPM Manunggal periode 2014 berfoto bersama di Lapangan Widya Puraya, Universitas Diponegoro
Mereka tidak memedulikan latarbelakangku, mereka juga tidak mempermasalahkan umurku yang berada di bawah mereka. Dengan senang hati, mereka mau berbagi ilmu padaku. Bahkan, mereka mendorongku untuk mengikuti lomba menulis serta jurnalistik.
Pada 2012, aku menjadi finalis Pelatihan Menulis tingkat Nasional bertajuk Just Write yang digelar Diva Press.
Peserta Pelatihan Menulis tingkat Nasional berfoto bersama Alitt Susanto
Kemudian, pada tahun yang sama, aku meraih Juara Harapan pada Kompetisi Video Reportase Investigasi se-Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta bertajuk Great Moment yang diselenggarakan LPM Gema Keadilan Fakultas Hukum Universitas Diponegoro.
Foto bersama teman-teman satu tim usai penyerahan hadiah Kompetisi Video Reportase Investigasi
Setahun kemudian, aku mendapat gelar sebagai Runner Up pada Kompetisi Esai dan Forum Diskusi Nasional bertajuk Journalist Days yang diadakan Badan Semi Otonom Economica Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Panitia dan para pemenang berfoto bersama usai penyerahan hadiah
Pada tahun yang sama, aku menjadi delegasi kampus dalam dua Model United Nations’ (MUN) Conference, yakni Indonesia-International MUN dan Asian Law Students’ Association (ALSA) MUN. Mulai tahun inilah, beberapa orang kembali mendekat padaku. Mereka tak lagi menghiraukanku, bahkan ada pula yang memujiku. Terlebih, ketika mereka mengetahui beberapa tulisanku dimuat di media massa.
Foto bersama delegasi World Health Organization (WHO) dalam Indonesia-International MUN 2013
Tahun ini, aku diberi amanah sebagai Pemimpin Redaksi LPM Manunggal Universitas Diponegoro. Selain itu, aku kembali menjadi delegasi kampus dalam dua MUN's Conference, yaitu Nanyang Technological University (NTU) MUN dan Harvard World MUN.
Aku membawa sertifikat yang aku peroleh dari NTUMUN 2014
Aku juga telah beberapa kali menjadi pembicara dalam berbagai acara serta menjadi juri dalam lomba berbasis jurnalistik. Meski disibukkan dengan kegiatan-kegiatan tersebut, aku tetap menjaga indeks prestasi kumulatifku agar berada di atas rata-rata. Karena hal tersebut, teman-teman lamaku kembali memujiku. Ketika aku berada di luar negeri pun, tak sedikit dari mereka yang minta dibawakan oleh-oleh.
Aku mengenalkan LPM Manunggal pada peserta Pelatihan Jurnalistik di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Seluruh pencapaian yang aku dapatkan mungkin tidak sehebat orang lain. Namun, aku sangat bersyukur pada Tuhan karena hasil yang kudapat dari perjuanganku mampu menghapus luka lama yang perih. Kini, sebuah tantangan datang lagi padaku. Mampukah aku mempertahankan, atau bahkan meningkatkan, prestasi yang telah aku dapatkan? Ya, aku harus bisa #MenjagaApi semangat yang berkobar di jiwaku, apapun kendalanya.

2 comments:

  1. subhanallah. Nina sekarang udah sukses ya dan banyak prestasi :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ah Kak Murni apa kabar, kak?
      Alhamdulillah, tapi itu ga seberapa dibanding prestasi Kak Murni hehe

      Delete