Monday, March 31, 2014

Brussels, Belgia: Parc du Cinquantenaire



Hello, freezing Brussels! Setelah melakukan perjalanan udara selama berbelas-belas jam dari Semarang serta empat jam perjalanan darat dari Paris, akhirnya aku dan teman-teman delegasi Undip for Harvard World Model United Nations 2014 tiba di Brussels sekitar pukul 21.00 waktu setempat. Ketika turun dari Eurolines, bus yang kami tumpangi dari Paris, kami langsung gelagapan karena udara di Brussels benar-benar berbeda dengan Paris.

Pasalnya, saat menginjakkan kaki di Paris, kami masih bisa meneteskan keringat. Bukan hanya karena barang bawaan kami yang banyak, melainkan juga udara disana terbilang tidak dingin, bahkan kami dapat merasakan hangatnya sinar matahari sore. Namun, ketika tiba di Brussels, kulit tropis kami mendadak kedinginan hingga tulang muda kami merasa ditusuk kecil-kecil oleh udara super dingin yang belum pernah kami rasakan. Seingatku, saat itu suhu di Brussels mencapai 4 derajat celcius. Padahal, suhu di Semarang saat kami berangkat berkisar antara 28-29 derajat celcius!


Singkat cerita, setelah memeluk malam dalam balutan dua lapis selimut super tebal, aku dan seorang temanku memutuskan untuk mengunjungi sebuah taman di daerah Schuman. Lokasinya tidak jauh dari tempat kami menginap, hanya butuh berjalan kaki beberapa menit. Maka, dengan balutan coat, slayer, beanny, dan sarung tangan, kami pun berangkat menuju Parc du Cinquantenaire.

Di sepanjang perjalanan, banyak orang yang memandang kami dengan tatapan yang tidak biasa. Ya, mungkin karena kota ini tidak terlalu banyak dihuni oleh ras Mongoloid seperti kami. Ditambah lagi, kami berpakaian sangat tertutup di saat masyarakat setempat hanya mengenakan jaket atau bahkan rok, tanpa mengenakan sarung tangan seperti kami.

Setibanya di Parc du Cinquantenaire, kami berkeliling taman sambil memandangi gedung-gedung indah yang digunakan sebagai kantor European Union. Kebetulan, daerah Schuman memang daerah perkantoran European Union. Jadi, jangan kaget melihat banyak bendera Belgia dan European Union yang berkibar di atas atau depan gedung-gedung daerah ini ya!

Belum lama kami menikmati keindahan taman ini, tiba-tiba dua gadis berwajah India kulit putih menghampiri kami. Dengan Bahasa Inggris seadanya, mereka menyodorkan kertas dan ballpoint pada kami sebagai tanda bukti bahwa kami bersedia memberikan sumbangan sukarela untuk anak-anak yatim-piatu. Temanku yang tidak paham dengan maksud mereka hendak menandatangani kertas tersebut, lalu aku berujar padanya dengan Bahasa Indonesia bahwa mereka meminta uang kami. “Mending kita pergi aja deh,” kataku.

Bukan bermaksud untuk berburuk sangka, tapi sebelum berangkat ke Brussels, aku sempat membaca beberapa artikel di internet mengenai copet serta penipuan di Paris. Dalam salah satu artikel tersebut, si penulis menjelaskan bahwa banyak kasus penipuan yang berkedok sumbangan sukarela bagi anak-anak yatim piatu atau bahkan pura-pura menanyakan jalan karena mereka tidak mampu berbahasa Perancis. Kebanyakan dari mereka bukan orang asli Eropa, justru imigran yang memang memiliki sasaran turis Asia karena dianggap ramah dan selalu membawa banyak uang tunai.

Benar saja, ketika temanku memberikan empat euro pada salah seorang gadis, ia berkata sambil menunjuk temannya, “How about her?”. Lalu, temanku menjawab bahwa uang itu harus mereka bagi dua. Namun, saat kami baru akan berjalan, ia berkata, “But the minimum paid is five euro”. Padahal, jelas-jelas sebelumnya dia berkata bahwa sumbangan itu bersifat sukarela dan tidak ada jumlah sumbangan minimal. Karena tidak ingin diganggu lagi, temanku segera mengeluarkan dompetnya. Saat itu, gadis itu seperti hendak menyerobot dompet temanku dan aku sempat merasa takut. Untungnya, kedua gadis itu segera pergi setelah temanku memberi selembar uang sepuluh euro pada salah seorang dari mereka.

Kami melanjutkan berjalan-jalan mengelilingi taman sambil sesekali mengambil gambar. Di sekeliling kami, kami melihat anak-anak kecil bermain sepeda dan berlari di atas rumput yang hijau, seorang nenek makan sandwich di salah satu bangku, dua wanita muda berbincang sambil membawa bayi, sepasang kekasih yang sedang bermesraan, seorang kakek bersepeda mengelilingi taman, dan beberapa orang yang hanya duduk-duduk di taman seorang diri sambil menikmati snack mereka. Semua terasa sama seperti yang aku lihat di film-film barat hehe.

Pepohonan berbentuk persegi panjang yang tampak menyatu dengan rapi (kiri)

Parc du Cinquantenaire dilihat dari sudut tengah belakang taman

Di taman ini, terdapat beberapa patung yang tersebar di beberapa sudut taman. Sayangnya, aku belum mendapat informasi mengenai sejarah patung tersebut. Jadi, aku belum bisa bercerita mengenai patung-patung tersebut dalam artikel ini.


Aku berfoto di dekat patung anjing di salah satu sudut taman

Parc du Cinquantenaire memiliki sudut berbentuk U yang indah dan bersih. Di bagian tengah belakang taman ini, terdapat The Quadriga of Brabant, yakni patung berbentuk kereta kencana yang berdiri megah di atas monumen taman. Patung yang dibuat di awal abad ke-20 ini merupakan simbol kemenangan Negeri Brabant. Jika diamati lebih detail, patung ini menggambarkan pengibaran bendera.

The Quadriga of Brabant

The Quadriga of Brabant

The Quadriga of Brabant

Sayangnya, aku tidak sempat berlama-lama disini. Maka, aku dan temanku segera berjalan keluar taman. Namun, saat kami masih berjalan di tengah taman yang sepi, dua gadis berwajah India yang tadi menghampiri kami kembali datang pada kami. Salah seorang dari mereka berbicara pada kami sambil merokok, intinya, mereka meminta sumbangan lagi. Kali ini, yang menjadi sasaran mereka adalah aku sehingga aku berjalan cepat dan berbicara sekeras mungkin agar ada orang yang melihatku.

Temanku yang tidak tahu harus berbuat apa justru menghentikan langkahnya sehingga kedua gadis itu semakin menjadi-jadi. Mereka terus berkata, “Please, madam. They have no paps and moms”. Aku sudah berulang kali berkata, “I have no money at all”, tapi mereka terus mengejarku. Sampai akhirnya, aku menyuruh temanku untuk berlari dan kedua gadis itu pun meninggalkan kami setelah kami berada dekat dengan kerumunan pengunjung lainnya.

Saranku, berhati-hatilah dengan orang-orang semacam ini. Jika ingin berjalan-jalan, jangan sendirian. Kalau bisa, ajak teman laki-laki untuk berjalan bersamamu karena orang-orang seperti ini biasanya tidak mengincar laki-laki. Tetap waspada dengan barang bawaan, terutama saat berfoto ria karena waktu tersebut dapat dimanfaatkan orang jahat untuk mencopet.

Balik lagi ke Parc du Cinquantenaire, keindahan yang ditawarkan taman ini sayang jika dilewatkan ketika berkunjung ke Brussels. Letaknya memang agak jauh dari alun-alun Kota Brussels (Grand Place), tapi tidak ada salahnya mampir kesini jika ada waktu hehe.

No comments:

Post a Comment