Monday, March 31, 2014

Brussels, Belgia: Manneken Pis


Sore hari memang pas buat jalan-jalan ya! Diiringi gerimis manis nan romantis, aku dan teman-teman delegasi Universitas Diponegoro for Harvard World Model United Nations 2014 pun memutuskan untuk mengunjungi Manneken Pis, sebuah patung yang tersohor dengan ceritanya yang menggelikan. Menurut cerita Juan, temanku asal Spanyol yang sudah tiga tahun tinggal di Brussels, Manneken Pis dibuat sebagai tanda terima kasih untuk seorang anak lelaki bernama Jualianske yang menyelamatkan warga setempat dengan ‘mengencingi’ sebuah bom aktif yang hendak meledak. Juan mengaku tidak tahu apakah cerita itu benar atau hanya fiktif belaka.
Iseng-iseng mencarinya lewat internet, aku justru menemukan cerita dengan versi yang berbeda-beda. Salah satu versinya, sama seperti cerita yang Juan ceritakan saat itu. Selain punya cerita unik, Manneken Pis punya kembaran bernama Jeanneke Pis, yaitu sebuah patung anak perempuan yang sedang kencing. Sayangnya, karena Manneken Pis dan Jeanneke Pis dipisahkan oleh jarak yang cukup jauh, aku tidak sempat mengunjunginya.

Lokasi Manneken Pis dekat dengan Grand Place, tempat digelarnya “karpet bunga” saat musim semi. Sedangkan lokasi Jeanneke Pis ada di suatu tempat yang aku lupa namanya hehe, yang jelas harus berjalan kaki dan naik metro dulu untuk sampai disana.

Awalnya, aku membayangkan ukuran patung Manneken Pis sebesar Garuda Wisnu Kencana *lebay* dan lokasi Manneken Pis ada di suatu tempat luas dengan taman indah yang mengelilinginya. Nyatanya, ukuran patung Manneken Pis justru tidak sebesar patung-patung imitasinya yang banyak dijual di toko-toko dekat Manneken Pis. Lokasi Manneken Pis berdiri pun cukup sederhana, di sudut sebuah perempatan jalan.

Kami sangat beruntung mengunjungi Manneken Pis saat St. Patrick’s Day. Pasalnya, hari ini, patung dengan air mancur kecil ini sedang memakai kostum. Hal ini selalu terjadi ketika hari besar tertentu, seperti Hari Natal, Hari Kemerdekaan suatu negara, dan lain-lain. Sedangkan pada hari biasa, tidak ada sehelai benangpun yang menutupi patung ini.

Aku dan Kak Ajeng berfoto di pinggir jalan dengan latar belakang Manneken Pis. Maafkan muka lusuh kami, maafkan!

Terlepas dari ukuran, lokasi, dan cerita tentang Manneken Pis, menurutku, patung ini mampu mengajarkan kita tentang arti kesederhaan dalam kebahagiaan. Seniat apapun kita untuk merayakan suatu kemenangan, berbagi kebahagiaan, dan mengenang suatu kejadian yang paling membekas di hati kita, tidak perlu diungkapkan dengan sesuatu yang berlebihan. Hal yang lebih penting dari itu adalah bagaimana cara kita untuk mengungkapkan rasa terima kasih kita kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah membiarkan sebuah kebahagiaan luar biasa hadir dalam hidup kita.

Well, semoga suatu saat ketika kembali ke Brussels, aku bisa mengunjungi Jeanneke Pis! Amin….

No comments:

Post a Comment